Aku menunggumu setiap dini hari tiba, hanya sekadar ingin tahu apa kau
baik-baik saja. Awalnya aku pikir kita tengah memerankan sebuah kisah yang
sama. Ternyata aku keliru, aku setia hanya menunggumu, sementara kau masih
mencari-cari sosoknya.
Sejak tahu ternyata kau masih menunggu sosok masa lalumu. Aku anggap inilah
cara Tuhan mengingatkan agar aku kembali berjalan. Semacam teguran agar aku
menetralkan pengharapan yang berlebih.
Harusnya aku anggap serius saat kau bilang, “Aku bukan orang yang tetap.”
Harusnya aku tahu, itulah isyaratmu bahwa tetap dia dan hanya dia yang ingin
kau tunggu.
Ini murni kesalahanku, kau sudah berupaya mengingatkan dan aku yang terlalu
keras kepala tetap memilih bertahan.
Lagi-lagi, Tuhan memberikanku pelajaran, ternyata aku masih tak mampu
memahami bahasa isyaratmu.
Barangkali benar katamu; aku sok tahu, dan masih tetap sok tahu. Dan tulisan
ini pun cuma sekadar sok tahu.
Sebagai yang bukan siapa-siapamu, aku cukup tahu diri untuk tidak menanyakan hal-hal yang terlalu pribadi akan hidupamu. Itu privasimu, dan hal yang privasi selalu lebih enak jika pemiliknya yang membagi tanpa diminta.
Aku menghormatimu, untuk itu aku tak pernah memaksa apa yang tak ingin kau bagi.
Bila nanti aku benar tahu kau menuju masa lalumu, aku akan melanjutkan perjalanan. Jika ternyata kita masih berperan dalam kisah yang sama, mari selesaikan sebagaimana mestinya. :)